Senin, 24 Juni 2013

Lidah tidak bertulang

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul- Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.

Allah Subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita semua untuk berkata yang benar, seperti tertulis dalam firman-Nya (artinya) :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab : 70)

Rasulullah bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam juga bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Diriwayatkan dari Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
“Janganlah memperbanyak pembicaraan selain dzikrullah Karena banyak bicara selain dzikrullah akan membuat hati menjadi keras. Sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah adalah (yang memiliki) hati yang keras keras.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no 2411; Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab no 4951; Malik dalam Al-Muwatha’,II/986)
Hadits ini dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Umdatut Tafsir I/168 dan dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Jami' Al-Ushul, XI/737.


Menjaga Lisan Adalah Tanda Baiknya Keislaman Seseorang

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
“Termasuk kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2239 dan Ibnu Majah, no. 3966)
Hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah, no. 3211.

Lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu untuk dijaga dan dikendalikan. Sesungguhnya lidah adalah penerjemah hati dan pengungkap isi hati.
Oleh karena itulah setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan istiqomah. beliau mewasiatkan untuk menjaga lisan.

Dan lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan tidak akan masuk Surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya” (Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 12636 dan dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin, 3/13).


Manfa'at Menjaga Lisan

>> Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda (artinya) :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab : “(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


>> Mendapat jaminan dari Rasulullah untuk masuk ke surga.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d (artinya) :
“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari )

“Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”

>>Allah akan mengangkat derajatnya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari )

“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)


An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan seperti ini sangat banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak dapat dinilai dengan apapun.” (Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 284)

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jikaseseorang hendak berbicara, maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika ia yakin bahwa ucapan itu tidak merugikannya, maka bicaralah. Jika ia yakin bahwa ucapan tersebut mengandung muhdharat atau ia masih ragu-ragu, maka hendaklah ia menahan (lisannya)” (Al-Adzkaar, karya An-Nawawi, 2/713-714)


Sahabat fillah,
Betapa pentingnya menjaga lisan. Karena itu, marilah kita menjaganya, dan mengunakannya dalam kebaikan, penuh doa dan harapan. Karena segala sesuatu yang kita ucapkan, kelak akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah subhana wa Ta'ala. Semoga Allah meneguhkan kita dalam iman, mengampuni, merahmati, dan menjaga kita dari segala sebab keburukan. Aamiin ya Robbal 'alamin....

Sumber : Buletin At-Taubah Taubah edisi ke-51, dan sedikit tambahan dari kami.

Tidak ada komentar: